Kamis, 14 Oktober 2010
Motif Magelang
Lama ndak posting... kali ini yang ditampilkan adalah karya coletan Mas Koko (Ketua KUB Batik Tidar). Motifnya water Torn (semoga tidak salah penulisan) salah satu ikon Kota Magelang. Menara Air buatan Belanda yang berada di sebelah barat Alun-alun Kota Magelang atau depan Masjid Agung. Kenapa ikon ini kami pilih sebagai salah satu motif? Tidak lepas dari rantai sejarah adanya Magelang.
Label:batik, topeng, miniatur resin
motif batik
Selasa, 24 Agustus 2010
Label:batik, topeng, miniatur resin
Batik
Filosofi dalam ragam motif batik
Motif GURDA:
Berasal dari kata Garuda, yang merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Motif ini tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda adalah tunggangan Batara Wisnu ( Dewa Matahari ). Karena garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu, maka garuda juga dijadikan sebagai lambang matahari. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap ( lar ) dan di tengah-tengahnya terdapat badan dan ekor. Oleh masyarakat Jawa garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
Motif MERU:
Kata Meru berasal dari Gunung Mahameru, yang dianggap sebagai tempat tinggal bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri Murti ini dianggap sebagai sumber dari segala sumber kehidupan, sumber kemakmuran dan segala kebahagiaan hidup di dunia. Oleh karena itu motif meru digunakan agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
Motif SEMEN:
Kata semen berarti semi atau tunas. Motif ini masih berhubungan dengan motif meru. Konon di puncak Gunung Mahameru terdapat tunas-tunas atau tumbuh-tumbuhan yang selalu bersemi. Di antara pepohonan itu banyak pohon-pohon yang dianggap keramat, yaitu: pohon sandilata (pohon hidup), yaitu pohon yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati; pohon soma yang dapat memberikan kesaktian; pohon jambuwreksa, yang mempunyai ketinggian sampai ke angkasa dengan cabang-cabang yang sangat banyak; pohon acwata yang akarnya menjulur ke bawah milik Sang Hyang Wisnu; pohon plasa milik Sang Hyang Brahma; pohon yagroda milik Sang Hyang Siwa.
Pohon-pohon tersebut dianggap simbol-simbol kehidupan manusia di dunia. oleh karena itu ketika dijadikan sebagai motif batik, diharapkan agar si pemakai selalu berhubungan dengan Sang Maha Pencipta.
Motif BANGO - TULAK:
Motif bango-tulak terdiri dari dua warna hitam dan putih. Dalam sejarah batik, motif ini dianggap sebagai motif tertua. Nama bango-tulak berasal dari nama burung, yaitu burung tulak. Burung ini berwarna hitam dan putih. Burung ini dianggap sebagai lambang umur panjang. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal.
Motif bango-tulak sampai sekarang masih sering dipergunakan baik sebagai pakaian sehari-hari dan upacara-upacara adat. Dalam upacara seperti perkawinan, mendirikan rumah, terutama apabila rumah tersebut mempergunakan tiang-tiang kayu, maka kain ini dipergunakan sebagai penutup ujung tiang atas sebagai penyangga blandar.
Motif SINDUR:
Sindur merupakan motif batik dengan dominasi warna merah dan putih. Warna merah terdapat pada bagian tengah, dan putih pada bagian pinggir, membentuk gelombang. Kedua warna tersebut melambangkan asal mula kehidupan. Warna putih mengandung arti hidup (bapa), sedang merah melambangkan arti suci (biyung). Oleh karena itu, batik motif ini sering dipakai dalam upacara pernikahan. dalam upacara pernikahan, pemakaian sindur dimaksudkan mempertemukan laki-laki dan perembpuan sebagai cikal bakal dari kelahiran hidup di dunia.
Motif GADHUNG MLATI:
Kata Gadhung mempunyai arti hijau (warna hijau). warna tersebut melambangkan kemakmuran. Melati (Mlathi) adalah bunga melati yang berwarna putih dan berbau harum. Harum dari melati mengandung kesusilaan atau rasa susila. Motif gadhung mlathi merupakan kombinasi dari warna hijau dan putih. warna putih terletak di tengah dan hijau di bagian pinggir. Motif ini seringpula dipergunakan oleh pengantin pria maupun pengantin wanita. Namun sekarang motif ini jarang dipergunakan lagi pada kain (jarik), melainkan hanya kemben bagi perempuan dan ikat kepala bagi pria.
Berasal dari kata Garuda, yang merupakan burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Motif ini tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda adalah tunggangan Batara Wisnu ( Dewa Matahari ). Karena garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu, maka garuda juga dijadikan sebagai lambang matahari. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua buah sayap ( lar ) dan di tengah-tengahnya terdapat badan dan ekor. Oleh masyarakat Jawa garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.
Motif MERU:
Kata Meru berasal dari Gunung Mahameru, yang dianggap sebagai tempat tinggal bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri Murti ini dianggap sebagai sumber dari segala sumber kehidupan, sumber kemakmuran dan segala kebahagiaan hidup di dunia. Oleh karena itu motif meru digunakan agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
Motif SEMEN:
Kata semen berarti semi atau tunas. Motif ini masih berhubungan dengan motif meru. Konon di puncak Gunung Mahameru terdapat tunas-tunas atau tumbuh-tumbuhan yang selalu bersemi. Di antara pepohonan itu banyak pohon-pohon yang dianggap keramat, yaitu: pohon sandilata (pohon hidup), yaitu pohon yang dapat menghidupkan orang yang sudah mati; pohon soma yang dapat memberikan kesaktian; pohon jambuwreksa, yang mempunyai ketinggian sampai ke angkasa dengan cabang-cabang yang sangat banyak; pohon acwata yang akarnya menjulur ke bawah milik Sang Hyang Wisnu; pohon plasa milik Sang Hyang Brahma; pohon yagroda milik Sang Hyang Siwa.
Pohon-pohon tersebut dianggap simbol-simbol kehidupan manusia di dunia. oleh karena itu ketika dijadikan sebagai motif batik, diharapkan agar si pemakai selalu berhubungan dengan Sang Maha Pencipta.
Motif BANGO - TULAK:
Motif bango-tulak terdiri dari dua warna hitam dan putih. Dalam sejarah batik, motif ini dianggap sebagai motif tertua. Nama bango-tulak berasal dari nama burung, yaitu burung tulak. Burung ini berwarna hitam dan putih. Burung ini dianggap sebagai lambang umur panjang. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal.
Motif bango-tulak sampai sekarang masih sering dipergunakan baik sebagai pakaian sehari-hari dan upacara-upacara adat. Dalam upacara seperti perkawinan, mendirikan rumah, terutama apabila rumah tersebut mempergunakan tiang-tiang kayu, maka kain ini dipergunakan sebagai penutup ujung tiang atas sebagai penyangga blandar.
Motif SINDUR:
Sindur merupakan motif batik dengan dominasi warna merah dan putih. Warna merah terdapat pada bagian tengah, dan putih pada bagian pinggir, membentuk gelombang. Kedua warna tersebut melambangkan asal mula kehidupan. Warna putih mengandung arti hidup (bapa), sedang merah melambangkan arti suci (biyung). Oleh karena itu, batik motif ini sering dipakai dalam upacara pernikahan. dalam upacara pernikahan, pemakaian sindur dimaksudkan mempertemukan laki-laki dan perembpuan sebagai cikal bakal dari kelahiran hidup di dunia.
Motif GADHUNG MLATI:
Kata Gadhung mempunyai arti hijau (warna hijau). warna tersebut melambangkan kemakmuran. Melati (Mlathi) adalah bunga melati yang berwarna putih dan berbau harum. Harum dari melati mengandung kesusilaan atau rasa susila. Motif gadhung mlathi merupakan kombinasi dari warna hijau dan putih. warna putih terletak di tengah dan hijau di bagian pinggir. Motif ini seringpula dipergunakan oleh pengantin pria maupun pengantin wanita. Namun sekarang motif ini jarang dipergunakan lagi pada kain (jarik), melainkan hanya kemben bagi perempuan dan ikat kepala bagi pria.
BATIK CUWIRI [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai “Semek’an” dan Kemben. Dipakai saat upacara “mitoni” Unsur Motif : Meru, Gurda Filosofi : Cuwiri artinya kecil-kecil, Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati
BATIK SIDO MUKTI [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain dalam upacara perkawinan Unsur Motif : Gurda Filosofi : Diharapkan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan.
BATIK KAWUNG [Batik Tulis]
Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai Kain Panjang Unsur Motif : Geometris Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan
BATIK PAMILUTO [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
BATIK PARANG KUSUMO {Batik Tulis] Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai kain saat tukar cincin Unsur Motif : Parang, Mlinjon Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah
BATIK CEPLOK KASATRIAN [Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain saat kirab pengantin Unsur Motif : Parang, Gurda, Meru Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah
BATIK NITIK KARAWITAN [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Ciri Khas : Kerokan Unsur Motif : Ceplok Filosofi : Pemakainya orang yang bijaksana
BATIK TRUNTUM {Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Dipakai saat pernikahan Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
BATIK CIPTONING [Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Parang, Wayang Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar
BATIK TAMBAL [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai Kain Panjang Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
BATIK SLOBOG [Batik Tulis]
Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Ceplok Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Slobog bisa juga “lobok” atau longgar, kain ini biasa dipakai untuk melayat agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap yang kuasa
BATIK PARANG RUSAK BARONG [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Parang, Mlinjon Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan batik ini bisa berlipat kekuatannya.
BATIK UDAN LIRIS
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Kombinasi Geometris dan Suluran Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Artinya udan gerimis, lambang kesuburan
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai “Semek’an” dan Kemben. Dipakai saat upacara “mitoni” Unsur Motif : Meru, Gurda Filosofi : Cuwiri artinya kecil-kecil, Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati
BATIK SIDO MUKTI [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain dalam upacara perkawinan Unsur Motif : Gurda Filosofi : Diharapkan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan.
BATIK KAWUNG [Batik Tulis]
Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai Kain Panjang Unsur Motif : Geometris Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan
BATIK PAMILUTO [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
BATIK PARANG KUSUMO {Batik Tulis] Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai kain saat tukar cincin Unsur Motif : Parang, Mlinjon Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah
BATIK CEPLOK KASATRIAN [Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain saat kirab pengantin Unsur Motif : Parang, Gurda, Meru Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah
BATIK NITIK KARAWITAN [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Ciri Khas : Kerokan Unsur Motif : Ceplok Filosofi : Pemakainya orang yang bijaksana
BATIK TRUNTUM {Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Dipakai saat pernikahan Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
BATIK CIPTONING [Batik Tulis] Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Parang, Wayang Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar
BATIK TAMBAL [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai Kain Panjang Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
BATIK SLOBOG [Batik Tulis]
Zat Warna : Naphtol Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Ceplok Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Slobog bisa juga “lobok” atau longgar, kain ini biasa dipakai untuk melayat agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan menghadap yang kuasa
BATIK PARANG RUSAK BARONG [Batik Tulis]
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Parang, Mlinjon Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan batik ini bisa berlipat kekuatannya.
BATIK UDAN LIRIS
Zat Warna : Soga Alam Kegunaan : Sebagai kain panjang Unsur Motif : Kombinasi Geometris dan Suluran Ciri Khas : Kerokan Filosofi : Artinya udan gerimis, lambang kesuburan
Label:batik, topeng, miniatur resin
Batik
Rabu, 18 Agustus 2010
Kombinasi
Sebenarnya ini juga kerja cepat, ndak mau capek, yang penting ada karya hahaha... (maaf mas agus). tapi inilah sebuah wujud gagasan yang serba praktis tapi penuh inovasi. sekali lagi masih pakai kuas, tapi dikombinasi jumputan.
Terus terang waktu lihat pertama saya jatuh hati (bukan dengan si pembuat). tebaran jumputan seperti gugusan galaksi di angkasa.... cuma ada tumpal di seputar kain. Mirip giginya Bethara Kala, hahaha... maaf lagi mas Agus. Njuk apa ya namanya????
Label:batik, topeng, miniatur resin
motif batik
Sabtu, 24 Juli 2010
Maka Jadilah...
Aburing Kupu, Primiss 2m, Rp 195.000,-
jika panjenengan membaca Atikel bi Blog ini; Belajar Mencanting (2), maka inilah jadinya. Proses pembuatan motif ini tidak menggunakan canting. melainkan Kuas, tetapi tetap menggunakan malam sebagai penghalang warna. Jadi silahkan mencoba!
jika panjenengan membaca Atikel bi Blog ini; Belajar Mencanting (2), maka inilah jadinya. Proses pembuatan motif ini tidak menggunakan canting. melainkan Kuas, tetapi tetap menggunakan malam sebagai penghalang warna. Jadi silahkan mencoba!
Label:batik, topeng, miniatur resin
Batik
Jumat, 23 Juli 2010
Karena Kepepet. (kisah Inspiratif)
Ibu Lailatin Afifah, pamilik usaha Opak Kucai, Jipang Emping, Stik Singkong, dan Wajik Carica di Kabupaten Wonosobo... Memulai usahanya tanpa disengaja apalagi direncanakan. Hanya karena iba dan kepepet butuh.
Awalnya, kakak dari ibu Afifah memesan opak dalam jumlah besar kepada salah satu pembuat opak, namun karena pesanan terlambat dan tidak ada kabar berita dari sang pembuat akhirnya pesanan dialihkan kepada orang lain. Selang beberapa waktu kemudian, ternyata sang pembuat opak datang sambil menanyakan kenapa opak tidak diambil. Merasa iba dan bingung (maklum saat itu suami Ibu Afifah tidak bekerja) hingga semalaman tidak bisa tidur, Ibu Afifah akhirnya membayar opak yang sudah jadi sebanyak 15 kg dengan meminjam uang kepada ibunya sebesar Rp 85.000,-. Berbekal aji keberuntungan, bersama suaminya; Ibu Afifah menjual opak tersebut dalam kemasan plastik sederhana berkeliling toko di pasar Wonosobo (padahal saat itu sudah banyak penjual opak di Wonosobo). Ternyata dagangan habis bahkan bisa mendapatkan keuntungan Rp 7.000,-. Dari situ sang suami mendapat gagasan untuk memproduksi opak sendiri. Tanpa berbekal pengetahuan yang cukup untuk memulai pembuatan Opak bahkan sama sekali tidak ada modal dana, bukanlah penghalang bagi Ibu Afifah dan suaminya. TV satu-satunya pun dijual. Berbekal uang Rp 600.000,-... usaha dimulai. Keuletan, kesederhanaan, doa dan kemampuan untuk menahan emosi membuat usaha Ibu Afifah dan suaminya mulai bangkit. Mulanya merk yang mereka pakai adalah MERCU SUAR, tetapi dalam perjalanan ternyata merk ini sudah ada yang punya, bahkan produknya sempat hampir hilang di pasar gara-gara tidak dicantumkan label halal dan tidak terdaftar di Dinas Kesehatan. Sekali lagi dengan kepolosannya, Ibu Afifah mencoba bertanya dan mencari tahu ke kantor Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan memberikan fasilitas label. Hingga akhirnya produk Ibu Afifah diketahui Dinas Koperasi Kabupaten Temanggung.Dari situlah awal segala yang bisa dinikmati Ibu Afifah se-keluarga sekarang. Fasilitas demi fasilitas baik berupa peralatan, dan dana mulai mengalir ke tempat usaha Ibu Afifah. Namun segala kemudahan tidak membuat Ibu Afifah terlena, dia mulai membuat variasi dalam rasa, dan bentuk juga membuat produk selain opak. Bahkan kemasannya pun lebih bagus, rapi dan bersih. Kini Opak Kucai pemasarannya sudah sampai Bali, selain kota-kota di sekitar Wonosobo. Jika anda menemukan produk Opak, Wajik Carica, dan Jipang Emping di kota anda atau kota yang pernah anda singgahi dalam kemasan bertuliskan AFIFAH, semoga anda ingat kisah ini. Karena lewat tangan Ibu Afifah, suami, ibu, dan dibantu 3 tenaga kerjanya produk itu bisa anda nikmati. Salam...
Label:batik, topeng, miniatur resin
inspirasi
Senin, 12 Juli 2010
Kamis, 08 Juli 2010
Motif Batik Kota Magelang
Motif Kauman, primis 2,50cm. Warna hijau tlepong
Batik tulis, motif full.
Motif Kemirirejo, primis 2,50cm. Warna Coklat
Batik tulis.
Motif Gelangan, primis 2,50cm. Warna Merah kecoklatan
Batik tulis.
Batik tulis, motif full.
Motif Kemirirejo, primis 2,50cm. Warna Coklat
Batik tulis.
Motif Gelangan, primis 2,50cm. Warna Merah kecoklatan
Batik tulis.
Label:batik, topeng, miniatur resin
motif batik
Belajar Mencanting (2)
Salam Saudaraku,
Segala sesuatu jika dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan kebiasaan. Yang saya maksudkan adalah kebiasaan yang baik lho... Mencanting pada awalnya memang ribet, tetapi ketika dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan karya yang rapi dan bagus. Tentu saja juga semakin tahu sifat malam dan pola mencanting.
tetapi untuk beberapa orang yang tidak begitu tekun, mencanting masih dianggap pekerjaan yang membosankan. Beberapa waktu lalu salah seorang anggota Batik Tidar ikut pelatihan di Yogya, Bantul tepatnya. Pelatihan Batik Modern, itu temanya. Di sana para peserta diajak mempraktekkan tekhnik membatik yang praktis dan cepat (yang namanya praktis pasti juga cepat ya...). Dalam proses awal membatik, yang sebagian besar kita tahu adalah dengan dicanting. Tapi di sini peserta diajak untuk memakai kuas dan alat apapun yang ada disekitarnya (asal terbuat dari bahan yang tidak mudah larut dengan malam/ lilin batik) untuk membatik. Motifnya pun beragam tidak harus sesuai pakem/ aturan yang ada. Hasilnya pun bagus, lebih kreatif, ekspresionis; tetapi itu juga tergantung dari gambar motif serta kreatifitas peserta dalam mewarna.
Segala sesuatu jika dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan kebiasaan. Yang saya maksudkan adalah kebiasaan yang baik lho... Mencanting pada awalnya memang ribet, tetapi ketika dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan karya yang rapi dan bagus. Tentu saja juga semakin tahu sifat malam dan pola mencanting.
tetapi untuk beberapa orang yang tidak begitu tekun, mencanting masih dianggap pekerjaan yang membosankan. Beberapa waktu lalu salah seorang anggota Batik Tidar ikut pelatihan di Yogya, Bantul tepatnya. Pelatihan Batik Modern, itu temanya. Di sana para peserta diajak mempraktekkan tekhnik membatik yang praktis dan cepat (yang namanya praktis pasti juga cepat ya...). Dalam proses awal membatik, yang sebagian besar kita tahu adalah dengan dicanting. Tapi di sini peserta diajak untuk memakai kuas dan alat apapun yang ada disekitarnya (asal terbuat dari bahan yang tidak mudah larut dengan malam/ lilin batik) untuk membatik. Motifnya pun beragam tidak harus sesuai pakem/ aturan yang ada. Hasilnya pun bagus, lebih kreatif, ekspresionis; tetapi itu juga tergantung dari gambar motif serta kreatifitas peserta dalam mewarna.
Label:batik, topeng, miniatur resin
Mencanting
Jumat, 11 Juni 2010
Belajar Mencanting
Seperti halnya ketika pertama kali kita belajar menggambar waktu TK atau belajar menulis waktu SD... demikian halnya dengan mencanting. Hanya beda media dan sarana. Tidak semua orang punya ketlanenan untuk mencanting. Reaksi awal adalah takut dan ragu-ragu karena canting berisi malam/ lilin panas. Selain itu ada yang menorehkan canting seperti memegang pensil atau ballpoint. Seberapa banyak malam diambil dalam canting dan masih banyak hal yang membuat orang jadi takut untuk memulai belajar mencanting. Belum lagi saat akan mencanting tiba-tiba malam sudah bertetesan di atas kain...hahaha. atau malah kena tangan. Pasti bingung dan panik.
Belajar mencanting bagi orang awam sebaiknya awalnya sebagai media berlatih dilakukan di atas media kertas HVS. Pertama belajar membuat garis mendatar, lengkung, bundar, segitiga, sulur. Pokoknya mirip pertama kali anak TK belajar menggoreskan pensil di atas kertas. Selain itu juga belajar mengatur panas kompor, api tidak boleh terlalu besar atau malah terlalu kecil. Ketika dirasa sudah lancar, silahkan beralih ke media kain. Buat sebesar ukuran saputangan atau taplak meja kecil dulu.
Belajar mencanting bagi orang awam sebaiknya awalnya sebagai media berlatih dilakukan di atas media kertas HVS. Pertama belajar membuat garis mendatar, lengkung, bundar, segitiga, sulur. Pokoknya mirip pertama kali anak TK belajar menggoreskan pensil di atas kertas. Selain itu juga belajar mengatur panas kompor, api tidak boleh terlalu besar atau malah terlalu kecil. Ketika dirasa sudah lancar, silahkan beralih ke media kain. Buat sebesar ukuran saputangan atau taplak meja kecil dulu.
Label:batik, topeng, miniatur resin
Mencanting
Kamis, 10 Juni 2010
Pameran di Universitas Tidar
Peminat belajar membatik ternyata anak-anak usia pra TK - SMP. Terbukti pada Pameran yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Tidar Magelang pada tanggal 14-16 Mei 2010, banyak sekali anak-anak yang mencoba mencanting meski dengan media kertas HVS. cukup menarik dan bikin sibuk...hahaha. Karena ada beberapa anak dari SD AL-IMAN yang bolak-balik sampai 4 kali cuma mau mencanting. Bahkan salah seorang pengurus KUB, mas Agus rela menggambar motif untuk anak-anak. Hampir 1 rim kertas plus setengah kilo malam habis, itupun ada nak yang rela beli kertas hanya untuk mencanting lagi keesokan harinya! Senang, karena ternyata anak-anak punya minat membatik, repot karena beberapa canting jadi macet...hahaha... Dan kegiatan tadi GRATISSSSSSSSSSSS!
Label:batik, topeng, miniatur resin
Batik
KUB Batik Tidar Magelang
Kelompok Usaha Bersama " Batik Tidar " Kota Magelang diresmikan pada tanggal 28 Januari 2010 oleh Ketua Dekranasda Kota Magelang dan launching pada tanggal 28 April 2010 di Gedung Wanita Kota Magelang. Terbentuknya KUB diawali oleh kegiatan rekan-rekan pecinta batik di Karang Lor (Kliwonan), workshop batik di gedung wanita dan Magelang expo di Gedung Kyai Sepanjang. Dengan anggota sekitar 36 orang berlatar belakang seniman, budayawan, pengusaha konveksi, PNS, perajin mainan bahkan mahasiswa dan pelajar; sekarang tiap anggota sudah mulai memproduksi batik tulis maupun cap: khas Kota Magelang. Ada beragam motif kreasi masing-masing anggota selain mengangkat motif-motif nama kampung yang ada di Kota Magelang.
Label:batik, topeng, miniatur resin
Batik
Topeng Mas Gufron Safi'i
Label:batik, topeng, miniatur resin
Topeng Kertas
Peralatan Membatik
1 set peralatan membatik untuk batik tulis. Terdiri dari kompor, wajan, canting 4 jenis (cecek, isen, klowong, tembok), malam 1 ons. Bagi yang berminat silahkan SMS atau telp di no: 02935816822 atau 081230379658.
Label:batik, topeng, miniatur resin
Peralatan Membatik